• home
Home » » Alga dan Water Mold : Struktur, Sel, Contoh, Ciri-ciri, Gambar, Organel, Pigmen, Fotosintesis, Klorofil

Alga dan Water Mold : Struktur, Sel, Contoh, Ciri-ciri, Gambar, Organel, Pigmen, Fotosintesis, Klorofil

Artikel dan Makalah tentang Alga dan Water Mold : Struktur, Sel, Contoh, Ciri-ciri, Gambar, Organel, Pigmen, Fotosintesis, Klorofil - Alga (jamak = algae) berperan penting sebagai produsen dalam rantai makanan, khususnya di ekosistem perairan. Makhluk hidup aquatik lain bergantung secara langsung pada alga sebagai produsen dan menyuplai ketersediaan oksigen. Water mold atau oomycetes saat ini termasuk dalam kingdom chromista dan domain eukariot. Water mold sebelumnya dikelompokkan ke dalam kingdom fungi berdasarkan persamaan pertumbuhan filamen dan keberadaan hifa coenocytic (multinukleat), seperti karakteristik pada fungi (Barsanti and Gualtieri, 2006).

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Alga merupakan organisme autotrof sederhana, yang dapat melakukan fotosintesis seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Klasifikasi alga terus-menerus mengalami perubahan seiring berkembangnya filogenetik molekular. Saat ini, alga diklasifikasi ke dalam kingdom Protista dan domain Eukariot. (Barsanti and Gualtieri, 2006).

Alga berperan penting sebagai produsen dalam rantai makanan, khususnya di ekosistem perairan. Makhluk hidup aquatik lain bergantung secara langsung pada alga sebagai produsen dan menyuplai ketersediaan oksigen. Alga juga banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia, misalnya untuk pakan ternak, protein sel tunggal, produksi alginat, dan lain sebagainya (Anonim, 2011).

Water mold atau oomycetes saat ini termasuk dalam kingdom chromista dan domain eukariot. Water mold sebelumnya dikelompokkan ke dalam kingdom fungi berdasarkan persamaan pertumbuhan filamen dan keberadaan hifa coenocytic (multinukleat), seperti karakteristik pada fungi. (Barsanti and Gualtieri, 2006). Akan tetapi, Oomisetes saat ini diketahui berbeda dari kelompok fungi, Misalnya dinding sel oomisetes tersusun dari selulosa, tidak sama seperti fungi yang tersusun dari kitin, disamping itu, oomisetes atau water mold memiliki alat gerak berupa flagel yang tidak ditunjukkan pada fungi. Dalam ekologi, oomisetes mempunyai habitat yang sama dengan fungi, dan dapat tumbuh membentuk hifa mendekomposisi sisa-sisa tanaman maupun bangkai hewan di lingkungan perairan (Anonim, 2011).

Habitat Oomisetes tersebar secara luas di ekosistem air tawar, laut, dan tanah. Sebagian besar obligat aerob, meskipun beberapa toleran pada lingkungan anaerob serta satu spesies (Aqualinderella fermentans) bersifat obligat aerob dan tidak mempunyai mitokondria. Oomisetes bersifat sapotropik pada bahan organik, atau bersifat obligat (biotropik) maupun fakultatif (nekrotropik) parasit pada tanaman dan hewan air (Barsanti and Gualtieri, 2006).

Saat ini, dalam pemanfatan alga dan penanganan berbagai penyakit yang timbul akibat water mold, dibutuhkan adanya pemahaman mengenai struktur dan organisasi sel alga dan water mold.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami bentuk, organisasi dan struktur sel alga dan water mold serta aplikasinya dalam bidang bioteknologi.

BAB II
PEMBAHASAN 

2.1. Struktur dan Organisasi Sel Alga

Secara anatomi sel, alga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: (1) Membran plasma, (2) Sitoplasma dan Organel Sel, serta (3) Inti Sel (Nukleus), seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 (Anonim, 2011; Haas et al., 2009).
Struktur sel alga
Gambar 1. Struktur sel alga.
2.1.1. Membran Plasma

Membran plasma terletak paling luar dan tersusun oleh lipoprotein (gabungan lipid dan protein). Membran plasma bersifat selektif permeabel, yang berarti hanya dapat dilewati oleh molekul tertentu saja dan bertanggungjawab dalam transportasi zat dari dalam sel ke lingkungan (Barsanti and Gualtieri, 2006).

Sel alga memiliki dinding sel di luar membran sel. Sebagian besar dinding sel alga tersusun atas selulosa, meskipun terkadang mengandung silika atau kalsium karbonat. Sebagian alga juga memiliki dinding sel yang mengandung manan, xylan, asam alginat, agaros, dan lain sebagainya. Dinding sel dapat berbentuk filamen, seperti pada fungi, atau tersusun atas plat-plat yang disekresikan oleh badan golgi. Terdapat kelompok tertentu yang tidak memiliki dinding sel padat, tetapi selnya dilindungi oleh pelikel protein yang fleksibel di bawah membran plasma. Materi dinding sel diproduksi dan disekresi oleh badan golgi.

2.1.2. Sitoplasma dan organel sel

Bagian cair di dalam sel disebut dengan sitoplasma. Pada sitoplasma terdapat organela yang mempunyai fungsi tertentu (Graham and Wilcox, 2000). Organel sel tersebut antara lain :

a. Retikulum Endoplasma (RE)

Retikulum endoplasma merupakan jalinan saluran, dibatasi oleh membran yang kontinyu dengan selubung luar nukleus.  Fungsi RE adalah sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri.

b. Ribosom (Ergastoplasma)

Ribosom terdiri dari subunit protein besar dan kecil. Sebagian ribosom melekat sepanjang RE, sebagian lain bebas di sitoplasma. Fungsi ribosom adalah sebagai tempat sintesis protein.

c. Mitokondria (The Power House)

Mitokondria mempunyai dua lapis membran. Membran dalam yang berlekuk-lekuk dan disebut krista. Fungsi mitokondria merupakan pusat respirasi seluler yang menghasilkan banyak ATP (energi). Mitokondria pada alga mempunyai 2 tipe, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 : 1) Flat lamellar cristae (pada Rhodophyta, Crytophyta, Euglenophyta, dan Chlorophyta) dan 2) tubular cristae (pada Chrysophyta, Raphidophyta, Prymnesiophyta, Eustigmatophyta, dan Xanthophyta.
Tipe mitokondria yang terdapat pada alga (a) flat lamelar cristae dan (b) tubular cristae
Gambar 2. Tipe mitokondria yang terdapat pada alga (a) flat lamelar cristae dan (b) tubular cristae (sumber: Chapman, 1941)
d. Lisosom

Lisosom adalah penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler.

e. Vakuola Kontraktil

Sebagian besar alga berflagela mempunyai dua vakuola kontraktil pada bagian anterior sel, yaitu diastole (saluran masuk) dan sistole (saluran pengeluaran), fungsinya untuk membuang sisa produk dari sel.

f. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)

Organel ini melaksanakan fungsi produksi dan sekresi polisakarida.

g. Sentrosom (Sentriol)

Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.

h. Plastida

Plastida merupakan tempat fotosintesis serta jalur biokimia asam amino aromatik, heme, isophrenoids, dan asam lemak.  Plastida utama pada alga adalah kloroplas. Kloroplas mengandung sistem membran yang bernama tilakoid, yang sering membentuk tumpukan membran yang disebut grana. Enzim yang mengendalikan fotosintesis terdapat di membran tilakoid dan stroma. Plastida dibedakan menjadi tipe primer dan sekunder. Plastida tipe primer hanya diselubungi oleh dua lapis membran, sedangkan plastida sekunder dikelilingi empat atau tiga lapis membran. Plastida sekunder secara fisik tidak terletak di sitoplasma sebagaimana plastida primer, tetapi terletak di lumen sistem endomembran (Haas et al., 2009).

Selain klorofil, terdapat pigmen lain dalam plastida. Pigmen ini menyerap panjang gelombang yang berbeda dari klorofil. Hal ini berguna pada alga yang hidup di perairan lebih dalam, yang tidak mampu ditembus oleh spektrum cahaya biru. Pigmen-pigmen tersebut adalah:

a. Fikosianin (pigmen warna biru)

b. Xantofil (pigmen warna kuning)

c. Karoten (pigmen warna keemasan)

d. Fikosantin (pigmen warna cokelat)

e. Fikoeritrin (pigmen warna merah).

i. Mikrotubulus

Berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan sebagai “rangka sel”. Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung pembelahan. Selain itu, mikrotubulus berguna dalam pembentakan sentriol, flagel dan silia.

j. Stigma atau bintik mata

Stigma merupakan area sitoplasma dengan konsentrasi pigmen tinggi (biasanya karoten). Stigma terdapat di dekat pangkal flagela. Stimulasi stigma oleh cahaya akan menstimulasi flagela pula, sehingga terjadi gerakan mendekati sumber cahaya.

2.1.3. Inti Sel (Nukleus)

Nukleus mengandung bahan genetik sel dan dikelilingi oleh membran ganda. Nukleus terdiri dari selaput inti (karioteka), nukleolus, kromosom, dan bahan pendukung atau karyolimph (Graham and Wilcox, 2000).

Alga uniseluler dan sel reproduksi alga multiseluler memiliki flagela. Flagela terdapat di bagian apikal, lateral, ataupun posterior sel. Flagela dapat berupa satu berkas cambuk, ataupun memiliki struktur ‘berambut’ atau ‘sisik’. Pergerakan dapat ke samping atau spiral.
Tipe flagela pada algae (a) fibrous solid hair, (b) tubular hair
Gambar 3. Tipe flagela pada algae (a) fibrous solid hair, (b) tubular hair. (Chapman, 1941)
Terdapat dua tipe flagela, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5, yaitu fibrous solid hair dan tubular hair. Fibrous solid hair mengelilingi flagela, meningkatkan luas permukaan, dan efisiensi dari tenaga penggerak. Tersusun atas glikoprotein dan terdapat pada Euglenophyta dan Dinoflagellata. Tubularhair tersusun atas protein dan glikoprotein, terdapat pada: Chrysophyta, Phaeophyta, dan Chlorophyta (Chapman, 1941).

2.2. Klasifikasi Alga

Alga dapat diklasifikasi menjadi beberapa kelompok. Berbagai karakteristik digunakan untuk mengklasifikasi alga, salah satunya yaitu keberadaan pigmen klorofil, cadangan karbon dan komponen dinding sel seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi kelompok alga berdasarkan pigmen fotosintesis, cadangan karbon dan komponen dinding sel (Madigan et al., 2003 dan Graham et al., 2000).

Kelompok Alga
Penamaan Umum
Morfologi
Pigmen Fotosintesis
Contoh
Cadangan Karbon
Dinding Sel
Habitat
Chlorophyta 
Alga Hijau
Uniseluler, berbentuk daun 
Klorofil a dan b, karotenoid, xantofil 
Chlamydomonas 
Pati (a-1,4 glukan),sukrosa 
Selulosa 
Air tawar, tanah, laut
Euglenophyta 
Euglenoid 
Uniseluler, berflagel 
Klorofil a dan b, karotenoid, xantofil 
Euglena 
Paramilon (b-1,2 glukan) 
Membran protein di bawah membran plasma 
Laut 
Dinoflagellata 
Dinoflagelata 
Uniseluler,
berflagel 
Klorofil a dan c, karotenoid, xantofil 
Gonyaulax, Pfiesteria 
Pati (a-1,4 glukan) 
Selulosa 
Air tawar, laut, tanah 
Chrysophyta 
Alga keemasan, diatom
Uniseluler 
Klorofil a dan c, karotenoid,  
Nitzschia 
Lemak 
Dua lapisan yang tersusun dari silika 
Laut 
Phaeophyta 
Alga coklat 
Filamen berbentuk daun, umumnya berukuran makro & seperti tanaman
Klorofil a dan c, karotenoid, xantofil 
Laminaria 
Lammarin (b-1,3 glukan), manitol 
Selulosa 
Laut 
Rhodophyta  
Alga merah
Uniseluler, filament berbentuk daun
Klorofil a dan d, karotenoid, xantofil, fikosianin, fikoritrin
Polysiphonia    
Floridean starch (a-1,4 dana-1,6 glukan)
Selulosa
Laut

2.2.1. Chlorophyta

Chlorophyta atau alga hijau merupakan kelompok yang besar dan berragam. Sebagian besar alga hijau mempunyai habitat di air tawar, meskipun beberapa kelompok alga yang lain ditemukan di tanah. Beberapa alga hidup sebagai simbion pada liken. Alga hijau mengandung klorofil a dan b yang memberikan karakteristik berwarna hijau serta cadangan karbon berupa pati yang terdapat di dalam kloroplast. Chlorophyta mempunyai dua sub kelompok, yaitu chlorophyta (contoh : Volvox dan Dunaliella) dan charophyta (contoh : Chara sp.), kelompok alga yang mempunyai kemiripan dengan tanaman. Gambar 4 menunjukkan contoh chlorophyta dan charophyta (Graham and Wilcox, 2000).
(a) Sel Dunaliella, uniseluler dan berflagel, serta (b) Caulerpa sp., multiseluler
Gambar 4. (a) Sel Dunaliella, uniseluler dan berflagel, serta (b) Caulerpa sp., multiseluler dan mempunyai kemiripan dengan tanaman (Graham et al., 2000)
Alga hijau mempunyai morfologi yang bervariasi, dari bentuk uniseluler sampai filamen, sel tunggal yang saling bergabung membentuk koloni sebagai agregat sel. Ostreococcus tauri, uniseluler fitoplankton laut, merupakan eukariot terkecil dari kelompok alga hijau. Sel O. tauri mempunyai diameter ± 1 μm dan mengandung genom eukariot fototropik terkecil sekitar 12,6 Mbp. Contoh alga hijau yang berbentuk koloni adalah Volvox yang tersusun dari ratusan sel flagel, beberapa bersifat motil dan berperan dalam fortosintesis, sedangkan yang lain berperan dalam reproduksi. Sel dalam koloni Volvox dihubungkan oleh benang tipis sitoplasma sehingga koloni bergerak secara terkoordinasi. Gambar sel O. tauri dan Volvox dapat dilihat pada gambar 5.
Sel uniseluler Ostreococcus tauri (a) dan sel koloni Volvox
Gambar 5. Sel uniseluler Ostreococcus tauri (a) dan sel koloni Volvox (b) (Graham et al., 2000).
2.2.2. Euglenophyta

Euglenophyta mencakup sebagian besar uniseluler berflagel, dan beberapa spesies yang berkoloni. Euglenophyta terdistribusi secara luas di perairan air tawar dan laut, serta bersifat autotrof dengan mengandung klorofil a dan b. Euglena merupakan salah satu contoh kelompok Euglenophyta yang mempunyai panjang sel ± 15 μm. Euglena memiliki struktur yang disebut eyespot, tempat yang peka terhadap cahaya. Euglena dapat merespon kondisi lingkungannya dengan bergerak ke arah cahaya untuk melakukan fotosintesis. Jika cahaya tidak tersedia untuk terjadinya fotosintesis, maka euglena akan menjadi kemoorganotrof dan menggunakan cadangan karbon yang tersedia dalam sitoplasma. Euglenoid menyimpan cadangan energi dalam bentuk paramylon, salah satu jenis polisakarida (Rogers, 2011).

Banyak Euglena yang juga memakan sel bakteri lain melalui fagositosis, yaitu sebuah proses pengambilan partikel dengan cara bagian membran sitoplasma yang fleksibel akan  melingkupi partikel dan membawanya masuk ke dalam sel.
Organela pada sel Euglena
Gambar 6. Organela pada sel Euglena.
2.2.3. Dinoflagellata

Dinoflagellata merupakan organisme akuatik uniseluler dengan ukuran sel antara 5-2000 μm dan berflagel. Beberapa Dinoflagellata hidup bebas dan yang lain hidup bersimbiosis dengan hewan membentuk batu karang. Sebagian Dinnoflagellata bersifat autotrof, dengan kandungan klorofil a dan c, serta sebagian lain termasuk predator. Cadangan karbon berupa pati (a-1,4-glukan) dan terdapat pada sitoplasma. Dinoflagellata merupakan komponen penting dalam rantai makanan di ekosistem perairan karena berperan sebagai produsen (fitoplankton) dan mampu menghasilkan lumminescence (Rogers, 2011).

Beberapa kelompok Dinoflagellata dapat menghasilkan toksik yang dapat membunuh ikan maupun patogen pada manusia. Pfiesteria, seperti yang terlihat pada gambar 9, merupakan salah satu contoh Dinoflagellata yang dapat menghasilkan toksik. Meskipun mampu melakukan fotosintesis, Pfiesteria lebih dikenal sebagai patogen pada ikan dan juga patogen pada manusia. Neurotoksin yang dihasilkan Pfiesteria akan menginfeksi bahkan membunuh ikan, dengan cara mempengaruhi sistem gerak dan merusak kulit.
Pfiesteria
Gambar 7. Pfiesteria, kelompok autotrof bersifat patogen pada ikan dan manusia. (Rogers, 2011)
2.2.4. Chrysophyta

Chrysophyta mempunyai habitat di laut dan air tawar, serta sebagian besar berbentuk uniseluler. Beberapa spesies bersifat kemoorganotrof dan mensuplai nutrisi yang dibutuhkan dengan mekanisme fagositosis atau transportasi senyawa organik melalui membran sitoplasma. Chrysophyta disebut juga dengan alga keemasan karena secara fisik berwarna keemasan. Hal ini dikarenakan alga keemasan memiliki pigmen kloroplast yang didominasi dengan fukosantin. Selain itu, klorofil c lebih mendominasi daripada klorofil a, dan tidak memiliki fikobiliprotein seperti yang terdapat pada alga merah (Rogers, 2011).

2.2.5. Phaeophyta

Phaeophyta atau alga coklat mempunyai habitat di laut serta bervariasi dalam bentuk dan ukuran, dari filamen kecil sampai dengan ukuran besar yang mempunyai diameter 1-100 m (contoh : Laminaria dan Macrocystis). Alga coklat memiliki banyak kegunaan. Salah satu kegunaannnya yaitu sebagai sumber algin yang digunakan sebagai stabiliser dalam industri roti dan es krim. Bahkan, spesies tertentu dapat di konsumsi seperti sayuran, sebagai contohnya Laminaria seperti yang ditunjukkan pada gambar 8 (Rogers, 2011).
Alga coklat (a) Laminaria dan (b) Mycrocystic
Gambar 8. Alga coklat (a) Laminaria dan (b) Mycrocystic.
2.2.6. Rhodophyta

Rhodophyta atau alga merah mempunyai habitat di daerah perairan, akan tetapi terdapat beberapa spesies yang ditemukan pada habitat air tawar dan terestrial. Alga merah merupakan organisme fototropik serta mengandung klorofil a dan b. Warna kemerahan pada alga merah dihasilkan oleh pigmen fikobilin (fikoritrin dan fikosianin), pigmen tambahan yang menutup warna hijau dari klorofil. Pada tempat yang gelap dan tidak tertembus cahaya, sel akan memproduksi lebih banyak fikoritrin dan menghasilkan warna merah yang lebih gelap, sedangkan pada spesies permukaan akan mengandung sedikit fikoritrin, bahkan dapat berwarna hijau. Cadangan karbon berupa floridean starch (a-1,4 dan a-1,6-glukan) yang terletak pada bagian sitoplasma (Rogers, 2011)

Sebagian besar spesies alga merah merupakan multiseluler dan tidak memiliki flagela. Beberapa spesies dianggap sebagai rumput laut dan sumber agar, agen pemadat yang digunakan dalam media bakteriologi, mengentalkan dan agen penstabil yang digunakan pada industri makanan. Beberapa spesies berbentuk filamen, menyerupai daun, maupun menyimpan kalsium karbonat, coralline (menyerupai koral). Beberapa coralline berperan penting dalam perkembangan karang laut.

Contoh alga merah yaitu Corallina, berperan dalam pembentukan karang laut bersama-sama dengan hewan koral. Selain itu, spesies Galdieria yang tumbuh pada lingkungan dengan pH rendah dan suhu tinggi, seperti pada sumber air panas. Sel Galdieria berdiameter 25 μm dan berwarna hijau karena mengandung sedikit pigmen fikoritrin. Morfologi Corallina dan Galdieria dapat dilihat pada gambar 9.
alga merah (a) Corallina dan (b) Galdieria
Gambar 9. Morfologi alga merah (a) Corallina dan (b) Galdieria.
2.3. Struktur dan Organisasi Sel Water mold (Oomycota)

Water mold atau oomisetes termasuk dalam kingdom chromista dan domain eukariot. Water mold sebelumnya dikelompokkan ke dalam kingdom fungi berdasarkan persamaan pertumbuhan filamen dan keberadaan hifa coenocytic (multinukleat), seperti karakteristik pada fungi. Akan tetapi, oomisetes ternyata berbeda dari kelompok fungi. Sebagai contoh, dinding sel oomisetes tersusun dari selulosa, tidak sama seperti fungi yang tersusun dari kitin. Selain itu oomisetes atau water mold mempunyai alat gerak berupa flagel yang tidak ditunjukkan pada fungi. Dalam hal ekologi, oomisetes mempunyai habitat yang sama dengan fungi, dan dapat tumbuh membentuk hifa mendekomposisi sisa-sisa tanaman maupun bangkai hewan di lingkungan perairan (Wiley et al., 2009).

Habitat oomisetes tersebar secara luas di ekosistem air tawar, laut, dan tanah. Sebagian besar obligat aerob, meskipun beberapa toleran pada lingkungan anaerob serta satu spesies (Aqualinderella fermentans) bersifat obligat aerob dan tidak mempunyai mitokondria. Oomisetes bersifat sapotropik pada bahan organik, atau bersifat obligat (biotropik) maupun fakultatif (nekrotropik) parasit pada tanaman (Wiley et al., 2009).

Secara keseluruhan, struktur sel water mold sama seperti struktur organisme eukariotik yang terdiri dari 3 bagian yaitu dinding sel dan hifa, sitoplasma dan organela, serta nukleus (inti sel). Morfologi water mold atau oomisetes dapat dilihat pada gambar 10.
sel water mold atau oomisetes, (a) Phytophtora kernovia, dan (b) Phytophtora capsici
Gambar 10. Morfologi sel water mold atau oomisetes, (a) Phytophtora kernovia, dan (b) Phytophtora capsici.
2.3.1. Dinding sel dan hifa

Struktur polimer dinding sel chromista yaitu selulosa. Meskipun beberapa spesies tumbuh dengan membentuk talus yang bercabang, sebagian besar oomisetes membentuk hifa (miselium). Oomisetes dikenal sebagai evolusi dari fungi Eumycota, yang mempunyai struktur hifa berbeda. Hifa pada oomisetes tumbuh secara apikal dan mensekresikan enzim, terdapat percabangan di sepanjang substratum dan membentuk miselium. Pada oomisetes, hifa bersifat coenocytic, yaitu miselium tidak membentuk septa kecuali pada bagian yang tua atau struktur reproduksi.

2.3.2. Sitoplasma dan organela

Sitoplasma berbentuk granular kasar dan mengandung organela, antara lain vakuola, badan golgi, dan mitokondria.

a. Vakuola

Sistem vakuola oomisetes mempunyai vesikel yang berbentuk padat/tebal mengandung polimer b-1,3-glukan terfosforilasi, disebut dengan mikolaminarin. Mikolaminarin merupakan cadangan karbon, seperti cadangan fosfat dan polifosfat yang ditemukan pada vakuola fungi.

b. Badan golgi

Adanya badan golgi, seperti pada Protozoa. Sedangkan badan golgi pada Eumycota biasanya direduksi menjadi single cisternae.

c. Mitokondria

Mitokondria yang dimiliki oomisetes berbentuk krista tubular. Membran dalam mitokondria berupa lipatan tubular seperti yang dutemukan pada tanaman. Krista mitokrondria pada kingdom Eumycota dan Animalia umumnya berbentuk lamelar.
Ultrastruktur mitokondria diamati oleh mikroskop elektron
Gambar 11. Ultrastruktur mitokondria diamati oleh mikroskop elektron. (a) Mitokondria Phytophthora erythroseptica (Oomycetes). Membran dalam mitokondria membentuk lipatan krista tubular. (b) Mitokondria Sordaria fimicola (Ascomycota) yang berbentuk lamelar.
2.3.3. Nukelus (inti sel)

Nukleus Oomycotina bersifat diploid.

2.4. Klasifikasi Water Mold

Genera oomycetes banyak berpengaruh dalam kehidupan manusia. Kelompok oomisetes, Phytophthora infestans, diketahui menyebabkan penyakit bercak daun “late blight” pada kentang. Spesies Saprolegnia spp. dapat menyebabkan infeksi serius pada ikan, khususnya ikan salmon, meskipun ada spesies lain yang bermanfaat seperti Lagenidium giganteum yang parasit pada serangga dan digunakan sebagai agen pengendali hayati larva nyamuk. Berdasarkan talus dan cara reproduksinya, oomisetes dapat dibagi menjadi 8 kelompok ordo seperti yang ditunjukkan pada tabel 2 (Webster dan Weber, 2007).

Tabel 2. Karakteristik Water Mold

Ordo
Talus dan reproduksi
Habitat
Myzocytiopsidales
Holokarpik, pada tahap selanjutnya berbentuk coralloid atau menjadi segmen. Zoospora, oospora
Parasit pada invertebrata dan alga
Olpidiopsidales
Holokarpik, berubah menjadi sporangium. Zoospora, oospora
Parasit biotrofik pada Oomycota, Chytridiomycota dan algaSaprotrof air tawar, anaerobik
Rhipidiales
Eukarpik dengan rhizoid. Zoospora, oospora
Saprotrof air tawar dan parasit pada hewan
Leptomitales
Terdiri dari hifa yang memproduksi sporangia
Saprotrof atau nekrotrofik pada hewan, tumbuhan dan organism lainnya
Saprolegniales
Terdiri dari miselium yang tebal. Zoospora, oospora
Saprotof pathogen (cenderung bersifat nekrotrofik) pada tumbuhan, jamur dan hewan
Pythiales
Terdiri dari miselium yang tipis. Zoospora, oospora
Patogen biotrofik pada tumbuhan, penyebab downy mildews dan penyakit lainnya
Peronosporales
Miselium intraselular dengan haustoria. Sporangiofor yang terdiferensiasi. Zoospora atau “conidia”, oospora
Patogen biotrofik pada rumput, penyebab downy mildews
Sclerosporaceae
Miseliumnya terdiri dari hifa yang sangat tipis. Sporangiofor yang terdiferensiasi. Zoospora atau “conidia”, oospora

2.4.1. Saprolegniales

Ordo saprolegniales dibagi menjadi 2 famili yaitu Saprolegniaceae (contoh : Achyla, Saprolegnia, Brevilegnia) dan Leptolegniaceae (contoh : Plectospira, Leptolegnia). Saprolegniales dikenal sebagai kelompok jamur akuatik dan mempunyai habitat di tanah lembab, tepian danau, air tawar, dan bersifat saprofit pada sisa-sisa tanaman dan hewan. Kelompok saprolegniales mempunyai morfologi yang kasar, hifa keras dan bercabang menghasilkan tipe miselium tumbuh dengan cepat (fast-growing). Hifa saprolegniales bersifat coenocytic, adanya lapisan di sekitar sitoplasma mengelilingi vakuola sentral.

Spesies Saprolegnia dan Achyla parasit pada ikan dan telur ikan. Aphanomyce euteiches menyebabkan penyakit busuk akar pada kacang-kacangan dan beberapa tanaman lain (Webster and Weber, 2007).

2.4.2. Pythiales

Ordo pythiales dibagi menjadi dua famili, yaitu pythiaceae dan pythiogetonaceae. Pythiogetonaceae merupakan kelompok kecil dari saprofitik aquatik, mempunyai habitat di sedimen dasar air tawar maupun danau dengan ketiadaan oksigen, serta bersifat fakultatif anaerob. Contoh kelompok pythiogetonaceae yaitu Pythiogeton zeae yang dapat menyebabkan busuk akar dan batang pada jagung. Kelompok besar dari pythiales adalah famili pythiaceae, sebagai contoh Pythium dan Phytophthora. Phytophthora merupakan kelompok patogenik pada tanaman sedangkan Pythium, kelompok saprofitik tanah yang dapat bersifat patogen pada tanaman muda (contoh : Pythium spp.). Pythium mempunyai kemampuan parasit yang lebih luas daripada Phytophthora, mencakup parasit pada mamalia, jamur dan alga (Webster and Weber, 2007).

2.4.3. Peronosporales

Peronosporales merupakan water mold yang bersifat patogen biotrofik obligat dan tidak dapat hidup terpisah tanpa inang, menginfeksi pada tumbuhan tingkat tinggi. Ordo Peronosporales dapat dibagi menjadi dua famili yaitu Peronosporaceae (contoh : Peronospora, Plasmopara, Bremia) and Albuginaceae (contoh : Albugo) (Wiley et al., 2009).

BAB III
KESIMPULAN

Alga memiliki keragaman struktur selulernya, terutama pada dinding sel, mitokondria, flagela, dan plastidanya. Karakteristik yang digunakan untuk mengelompokkan alga antara lain keberadaan pigmen klorofil, cadangan karbon dan komponen dinding sel.

Water mold atau oomisetes termasuk dalam kingdom chromista dan domain eukariot. Water mold sebelumnya dikelompokkan ke dalam kingdom fungi berdasarkan persamaan pertumbuhan filamen dan keberadaan hifa coenocytic. Tetapi kini dibedakan dengan fungi karena water mold memiliki struktur flagela yang tidak dimiliki fungi dan memiliki komposisi dinding sel yang berbeda dengan fungi.

Karakteristik yang digunakan untuk mengelompokkan kelompok water mold antara lain thallus, habitat, mekanisme reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Algae Information, Production, Methods, Products, and Terminology. <http://marketplayground.com/forum/showthread.php/808-Algae-Information-Production-Methods-and Terminology>. Diakses tanggal 8 Oktober 2011.

Barsanti, L and P. Gualtieri. 2006. Algae. Taylor & Francis Group. United State of America.

Chapman, V.J. 1941. Introduction to the Study of Algae. Cambridge University Press. New York.

Graham, L. E. and L. W. Wilcox. 2000. Algae. Prentice-Hall, Inc. United State of America.

Haas, BJ; Kamoun, S; Zody, MC; Jiang, RH; Handsaker, RE; Cano, LM; Grabherr, M; Kodira, CD et al. (2009). “Genome sequence and analysis of the Irish potato famine pathogen Phytophthora infestans.”. Nature.

Keeling, P.J.2004.Diversity and Evolutionary History of Plastids and Their Hosts.American Journal of Botany, Vol. 91, No. 10 (Oct., 2004).

Kortekamp, A. (2005). “Growth, occurrence and development of septa in Plasmopara viticola and other members of the Peronosporaceae using light- and epifluorescence-microscopy”. Mycological research.

Madigan, M. T., J. M. Martinko and J. Parker. 2003. Brock Biology of Microorganism. 10th (ed). Pearson Education, Inc. New Jersey.

Nicklin, J., K. Gramae-Cook, T. Paget & R. Killington.1999.Instant Notes in Microbiology.BIOS Scientific Limited, UK.

Rogers, Kara. 2011. Fungi, Algae and Protista 1st ed. Britannica Educational Publishing. New York.

Van der Auwera G, De Baere R, Van de Peer Y, De Rijk P, Van den Broeck I, De Wachter R. 1995. ”The phylogeny of the Hyphochytriomycota as deduced from ribosomal RNA sequences of Hyphochytrium catenoides”. Mol. Biol. Evol.

Webster, J. and Weber R. 2007. Introduction to Fungi. Cambridge University Press. New York.

Willey, J.M., L.M. Sherwood & C.J. Woolferton. 2009. Prescott’s Principles of Microbiology.McGraw-Hill, New York.

Anda sekarang sudah mengetahui Alga dan Water Mold : Struktur, Sel, Contoh, Ciri-ciri, Gambar, Organel, Pigmen, Fotosintesis, Klorofil. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

0 comments:

Label

Agama dan Kepercayaan (1) Analisis Numerik (1) Antropologi (1) Apa itu RME Realistic Mathematics Educations (1) Blogger (2) Budaya (1) Buku Tes IQ (1) Bus Antar Kota (1) Cake In Jar (1) CARA HITUNG CEPAT DENGAN ANGKA 9 (1) Contoh Pidato. (1) CONTOH SOAL UN 2008 SMK (1) Dampak Negatif (1) Enzim (1) Famili (1) Favorite Stories (2) Fermentasi (1) Folktales (2) Fungi (1) Geguritan (1) Hiburan (2) Holiday (1) Ikan (1) Info Sehat (5) Iptek (1) JJCM (2) Kek (3) Kek RVC (3) Keluarga (4) Kesehatan (2) Kesenian (10) Kisah Bocah SD Peraih Medali Emas Olimpiade Matematika (1) Kuliner (2) Kumpulan Soal Ujian Untuk Sekolah Dasar (1) Labil (1) Lauk Pauk (1) Lirik (1) Matematika SD (2) Matematika SMA (8) Matematika SMK (1) Matematika SMP (7) Mathematic for Kids (1) Metabolisme (1) METODE BELAJAR (1) Muffin Cupcake (2) Musik (1) news (6) Olahraga (2) Operator Matematika (1) Opini (1) Pendidikan (2) PERANAN MATEMATIKA BAGI PENDIDIKAN NILAI (SIKAP) ANAK (1) Pernak Pernik (1) Persamaan Kuadrat (1) Pertanian (1) Protista (1) Puisi (1) Pupuk (1) Puzzle yang Rumit (1) Religi (2) Remaja (3) Resep (7) Resep Aneka Bakwan (1) Resep aneka bubur (1) Resep Aneka Burung (1) Resep Aneka Lontong (1) Resep Aneka Pempek (1) Resep aneka seafood (1) Resep Aneka Sop (1) Sejarah (64) SOAL LATIHAN UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMA 2008 (1) SOAL MATEMATIKA (1) Statistik (4) Tempahan (3) Tips dan Trik (4) Tips Kecantikan (3) Tips Sehat (2) Tips Wajah (3) Tokunime (1) Trik And Tips (1) Trik Menghitung Cepat Kuadrat 100-110 (1) Ujian Masuk UGM (1) Unik (1) Vedic Mathematics (1) Yang Lezat Dari Pisang (1)
Powered by Blogger.

Followers

Cari Blog Ini